Ummat Islam perlu adanya petunjuk yang jelas tentang Perayaan Natal Bersama agar tidak mencampur adukkan aqidah dan ibadahnya dengan aqidah dan ibadah agama lain. Ummat Islam harus berusaha untuk menambah Iman dan Taqwanya kepada Allah SWT tanpa mengurangi usaha ummat Islam dalam kerukunan antar ummat beragama di Indonesia.
Ada beberapa hal yang harus
dipahami kembali dalam ajaran-ajaran agama Islam, antara lain:
A. Bahwa
ummat Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan ummat
agama-agama lain dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah
keduniaan, berdasarkan atas:
1. Al
Qur`an surat Al-Hujurat ayat 13: "Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan Kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami
menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
adalah orang yang bertaqwa (kepada Allah), sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal."
2. Al
Qur`an surat Luqman ayat 15:"Dan jika kedua orang tuamu memaksamu untuk
mempersekutukan dengan aku sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan tentang itu,
maka janganlah kamu mengikutinya, dan pergaulilah keduanya di dunia ini dengan
baik. Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian kepada-Ku lah
kembalimu, maka akan Aku-beritahu kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
3. Al
Qur`an surat Mumtahanah ayat 8: "Allah tidak melarang kamu (ummat
Islam) untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang (beragama lain)
yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."
B. Bahwa
ummat Islam tidak boleh mencampuradukkan aqidah dan peribadatan agamanya dengan
aqidah dan peribadatan agama lain berdasarkan :
1. Al
Qur`an surat Al-Kafirun ayat 1-6:"Katakanlah hai orang-orang kafir, aku
tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang
aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan
kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah
agamamu dan untukkulah agamaku."
C. Al
Qur`an surat Al Baqarah ayat 42: "Dan janganlah kamu campuradukkan
kebenaran dengan kebatilan (kesalahan, kemungkaran, kejahatan) dan janganlah
kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.”
D. Bahwa
ummat Islam harus mengakui kenabian dan kerasulan Isa Al Masih bin Maryam
sebagaimana pengakuan mereka kepada para Nabi dan Rasul yang lain, berdasarkan
atas:
1. Al
Qur`an surat Maryam ayat 30-32: "Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini
hamba Allah. Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang
nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada,
dan Dia memerintahkan kepadaku mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku
hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang
sombong lagi celaka.
2. Al
Qur`an surat Al Maidah ayat 75: "Al Masih putera Maryam itu hanyalah
seorang Rosul yang sesungguhnya telah lahir sebelumnya beberapa Rosul dan
ibunya seorang yang berpegang teguh pada
kebenaran. Kedua-duanya biasa memakan makanan(sebagai manusia). Perhatikanlah
bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan
(Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan
ayat-ayat Kami itu)."
3. Al
Qur`an surat Al Baqarah ayat 285 : "Rasul (Muhammad telah beriman
kepada Al Qur`an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula
orang-orang yang beriman) semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya dan Rasul-Nya. (Mereka mengatakan) : Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorang pun (dengan yang lain) dari Rasul-rasulnya dan mereka
mengatakan : Kami dengar dan kami taat. (Mereka berdoa) Ampunilah Ya Tuhan kami
dan kepada Engkaulah tempat kembali."
E. Bahwa
barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih daripada satu, Tuhan itu
mempunyai anak Isa Al Masih itu anaknya, bahwa orang itu kafir dan musyrik,
berdasarkan atas :
1. Al
Qur`an surat Al Maidah ayat 72 : "Sesungguhnya telah kafir orang-orang
yang berkata : Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam. Padahal Al
Masih sendiri berkata : Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti
Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka, tidak adalah
bagi orang zhalim itu seorang penolong pun."
2. Al
Qur`an surat Al Maidah ayat 73 : "Sesungguhnya kafir orang-orang yang
mengatakan : Bahwa Allah itu adalah salah satu dari yang tiga (Tuhan itu ada
tiga), padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain Tuhan yang Esa. Jika mereka
tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu pasti orang-orang kafir itu
akan disentuh siksaan yang pedih."
3. Al
Qur`an surat At Taubah ayat 30 : "Orang-orang Yahudi berkata Uzair itu
anak Allah, dan orang-orang Nasrani berkata Al Masih itu anak Allah.
Demikianlah itulah ucapan dengan mulut mereka, mereka meniru ucapan/perkataan
orang-orang kafir yang terdahulu, dilaknati Allah-lah mereka bagaimana mereka
sampai berpaling."
F. Bahwa
Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakan dia pada waktu di
dunia menyuruh kaumnya, agar mereka mengakui Isa dan Ibunya (Maryam) sebagai
Tuhan. Isa menjawab "Tidak" : Hal itu berdasarkan atas :
Al Qur`an surat Al Maidah ayat
116-118 :
"Dan (ingatlah) ketika
Allah berfirman: Hai Isa putera Maryam adakah kamu mengatakan kepada manusia
(kaummu): Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah, Isa menjawab :
Maha Suci Engkau (Allah), tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya tentu Engkau telah
mengetahuinya, Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang pada pada-MU. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara
yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang engkau
perintahkan kepadaku (mengatakannya), yaitu : sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara
mereka. Tetapi setelah Engkau wafatkan aku, Engkau sendirilah yang menjadi pengawas
mereka. Dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau
menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu dan Jika Engkau
mengampunkan mereka, maka sesungguhnya Engkau Maha Kuasa lagi Maha
Bijaksana."
G. Islam
mengajarkan bahwa Allah SWT itu hanya satu, berdasarkan atas Al Qur`an surat Al
Ikhlas :
"Katakanlah : Dia Allah
yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya.
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun /
sesuatu pun yang setara dengan Dia."
H. Islam
mengajarkan kepada ummatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan
dari larangan Allah SWT serta untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada
menarik kemaslahatan, berdasarkan atas :
1. Hadits Nabi
dari Nu`man bin Basyir : "Sesungguhnya apa apa yang halal itu telah
jelas dan apa apa yang haram itu pun telah jelas, akan tetapi diantara keduanya
itu banyak yang syubhat (seperti halal, seperti haram) kebanyakan orang tidak
mengetahui yang syubhat itu. Barang siapa memelihara diri dari yang syubhat
itu, maka bersihlah agamanya dan kehormatannya, tetapi barang siapa jatuh pada
yang syubhat maka berarti ia telah jatuh kepada yang haram, semacam orang yang
mengembalakan binatang makan di daerah larangan itu. Ketahuilah bahwa setiap
raja mempunyai larangan dan ketahuilah bahwa larangan Allah ialah apa-apa yang
diharamkan-Nya (oleh karena itu hanya haram jangan didekati)."
2. Kaidah
Ushul Fiqih
"Menolak
kerusakan-kerusakan itu didahulukan daripada menarik kemaslahatan-kemaslahatan.
Maka dari penjelasan di atas
dapat dipahami Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan
menghormati Nabi Isa AS, akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari
soal-soal yang diterangkan diatas dan mengikuti upacara Natal bersama bagi
ummat Islam hukumnya haram.
Agar ummat Islam tidak
terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT dianjurkan untuk tidak
mengikuti kegiatan-kegiatan Natal.
Wallahu'alam bishshawab.
Sumber
1. Komisi
Fatwa MUI
2. Majlis
Tarjih PP Muhammadiyah (Tanya Jawab Agama 2 Hal. 209)