Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin memberikan sambutan pada Tanwir Muhammadiyah di Mesra Ballroom, Samarinda, Kalimantan Timur, Jum'at, (23/5). http://www.republika.co.id/ |
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah secara
resmi menetapkan awal ramadhan 1435 Hijriah pada hari Sabtu, (28/6). Ketetapan
tersebut berdasarkan hasil Hisab Wujudul Hilal yang dilakukan oleh Majlis
Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Ketua PP
Muhammadiyah yang membidangi Majlis Tarjih dan Tajdid, Yunahar Ilyas,
menyampaikan hal tersebut pada jumpa wartawan yang digelar, Senin (16/6), di
gedung PP Muhammadiya, Menteng, Jakarta. ''Metode yang digunakan oleh PP
Muhammadiyah untuk awal masa Ramadahan ini dengan menggunakan tiga kriteria,''
kata Yunahar.
Metode
pertama, kata Ilyas, telah terjadi ijtimak. Kemudian yang kedua, kata dia lagi,
ijtimak tersebut terjadi sebelum magrib. Selanjutnya, yang ketiga, tutur Ilyas,
pada saat matahi terbenam bulan berada di atas ufuk berapapun derajatnya. Oleh
karena itu, ijtimak terjadi pada hari Jumat (27/6) pukul 15.10.21 detik WIB.
Lebih
lanjut, Ilyas mengatakan, dengan terjadinya ijtimak pada waktu tersebut maka
telah memenuhi dua kriteria yaitu ijtimak dan ijtima tersebut Qoblal Ghurub
(sebelum magrib).
''Pada
saat matahari terbenam di Yogyakarta, Bilal berada di atas ufuk nol derajat 31
menit 17 detik,'' jelasnya pria yang juga menjabat sebagai salah satu pimpinan
pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.
Ilyas
menjelaskan metode yang digunakan oleh PP Muhammadiyah bahwa bulan sudah wujud.
Atas dasar tersebut, lanjutnya, Muhammadiyah menetapkan awal ramadhan jatuh
pada hari Sabut (28/6).
Ilyas
mengakui kemungkinan penetapan awal ramadhan oleh PP Muhammadiyah berbeda
dengan yang ditetapkan oleh Kementerian Agama (Kemenag). Kendati demikian, ia
tetap menghimbau kepada warga Muhammadiyah agar tetap menjaga toleransi.